22.12.13

21

0 komentar
Untuk yang ke dua puluh satu, aku merasa telah bahagia. Aku merasa telah keluar dari segala yang pernah membelenggu. Aku bebas menentukan semuanya sendiri, namun karena itu, karena aku terlalu bebas menentukan keinginanku sendiri, aku hanya bisa memutuskan untuk tidak memilih apa-apa. Aku sering bertanya, aku ini siapa, aku bisa berbuat apa. Tak ada yang berbeda dariku diantara tahun-tahun sebelumya. Sudah terlambatkah aku jika sampai kepala dua lebih aku masih mencari jati diri? Mau jadi apa? Mau menggeluti apa? Aku masih belum tahu dan sama sekali tak ada yang ku sukai di dunia ini, seperti yang orang lain suka lakukan, menjalani passion.
Padahal beberapa sahabat sudah mulai menjalani passion mereka, ada yang mencintai fotografi, mendapatkan kamera dengan segala guna lensa dari orang tuanya untuk menjalani passionnya. Ada pula yang telah menjadi penulis dan menenerbitkan novel kecil-kecilan. Yah, meskipun kecil, tapi ini awal dan segala yang besar diawali dari hal yang kecil. Dia sangat ku kagumi dengan segala kepandaiannya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Lebih kagum lagi aku padanya karena dia memulai jalan hidupnya sebagai penulis. Ada pula kawanku yang mulai membentuk band dengan bayaran seadanya, bermain teater, membuat pameran seni rupa, dan lain sebagainya. Semua masih kecil-kecilan. Tapi sekali lagi, segala yang besar diawali dari hal yang kecil.
Sekarang aku bertanya, hal kecil apa yang sudah aku perbuat untuk kemudian ingin aku jalani? Aku bahkan hampir tak ingin menjalani apapun yang bisa dijadikan passion. Aku tak hobi dalam hal apapun. Aku tak mencintai hal apapun. aku hanya mengagumi segala sesuatu yang dijalani orang lain. Aku tak pandai membuat perubahan. Aku tak pandai bertele-tele dengan segala omong kosong yang membuat orang bisa kagum padaku. Bahkan aku masih tak ingin dilihat diantara kerumunan. Aku malas untuk menjalin hubungan dengan orang lain, aku malas untuk menambah “kenalan yang tidak penting” dan aku saaaanggaat malas untuk (lagi-lagi) mencari passion yang hanya aku yakini ada namun masih saja aku pun tak tahu apa.
 Terlebih jika aku sedang sendiri. Ingin sekali aku merubah hidupku, tapi lagi-lagi pikiranku terhalang dengan “mau dirubah jadi apa?” aku bahkan tak punya tujuan dan karena itu maka aku tak pernah memulai segalanya. Bukankah sama saja berjalan tanpa tujuan, hanya seperti kapal yang terombang-ambing dilautan tanpa ia tau dermaga, dan akhirnya tenggelam dimakan zaman. Mungkin lama-lama aku juga akan menua, menikah, menjadi nenek, dan akhirnya tenggelam dimakan zaman dan sampai selamanya aku tak pernah tau apa yang ada dalam diriku, dan tak pernah ada yang bisa dibanggakan dariku. 

25.7.13

opo kui urip?

0 komentar
urip ki pait, nek legi jenenge pasar.
urip ki menggak-menggok, nek lurus jenenge biting.
urip ki munggah-medun, nek datar jenenge TV.
urip ki semrawut, nek mulus jenenge pupu.
makane urip pancen abot, nek enteng teneh kebur,

11.7.13

as always.

0 komentar
Dunia itu huge, maka dari itu aku ingin menjadi apapun dan merasakan segala yang aku ingin, tanpa perlu ada yang berkomentar, mencibir, ataupun melarang. Tanpa perlu ada yang ribet dan selalu mengurusi urusanku. Tanpa perlu ada yang bertanya “Lagi dimana? Ngapain? Sama siapa?”, tanpa perlu ada yang khawatir jika aku pergi sendiri malam hari. Tanpa perlu ada yang mengucapkan selamat malam dan selamat tidur karena aku yang akan mengucapkannya pada dunia.  Aku ingin menikmati pagi, aku ingin menunggu senja, tanpa perlu ada siapapun yang mengikutiku kapanpun kemanapun. Aku ingin sendiri, bebas. Karena dunia itu huge, dan aku ingin merasakan segalanya.



Dunia itu huge, dengan segala penghuninya. Aku ingin mengenal siapapun, bercanda akrab dengan siapapun. Tanpa perlu ada yang merasa cemburu jika aku pergi berdua dengan lelaki, tanpa perlu ada rasa bersalah, tanpa perlu cari alasan untuk membohongi. Semua orang itu sama, apapun jenis kelaminnya, berapapun usianya, bagaimana latar belakangnya, semua sama bagiku, yang unik dari mereka adalah cara mereka berbagi cerita, dan yang menarik adalah cerita dari pengalaman mereka yang bermacam-macam. Karena dunia itu huge, dengan segala penghuninya.


Bila ada yang pernah membaca profil seseorang dan diakunya dia bukanlah siapa-siapa, padahal bagiku dia adalah sosok yang mengagumkan, dia adalah seorang seniman rupa, music dan syair. Dan seketika itu aku merasa bahwa aku ini bukanlah apa-apa. Bukan sesuatu, bukan seseorang, dan aku tak tahu mengapa aku masih bisa hidup tanpa karya. Mengapa aku masih bisa hidup tanpa dikenal orang. Aku ingin berkarya, namun untuk mencoreng acrylic dalam kanvas pun aku tak bisa menjadikannya hasil yang pantas. Aku hanya bisa menikmati karya orang lain dan sangat mengaguminya karena sedikitpun aku tak bisa menyamainya. Aku menikmati sebuah pameran bukan karena aku hanya ingin dianggap gaul ketika aku sudah berfoto di depan sebuah karya dan menguploadnya ke instagram. Aku menghadiri acara musik bukan karena ada guest star penyanyi terkenal dan bangga dengan tiket yang mahal padahal tidak terlalu mengagumi sosoknya ataupun mengetahui lagunya. Aku lebih memilih datang ke acara band-band indie yang sangat bertebaran di kota- kota kecil. Dan segala hal yang aku lalukan bukan sekedar ingin dianggap gaul, keren, sangar atau sejenisnya. Lebih dari itu aku menikmati suasananya. Karena sekali lagi, dunia itu Huge, dan aku ingin menikmatinya.



Karena setiap langkah yang kau ambil, tak selalu kau bisa berbalik ke belakang.