1.8.10

maaf saya terlalu kasar

0 komentar
ini seperti ketika saya mesih kecil. saya menangis jika sesuatu yang tidak saya sukai terjadi. saya membangkang ketika mendengar peraturan baru. saya tertawa saat orang lain berduka. tak ada yang peduli. tak ada yang menyalahkan. dan itu terlihat seperti biasa saja. normal. hal itu berjalan apa adanya sampai beberapa tahun. mengalir deras seperti air sungai di musim hujan jaman dulu. ya. karena musim hujan jaman sekarang sungai kering kerontang. hujan tak datang tepat pada waktunya. menyalahi aturan. namun siapa yang disalahkan? manusia tentunya. bukannya hujan itu sendiri. mengapa tak ada yang bisa menyalahkan hujan? mengapa tak menyalahkan Tuhan? karena manusia tahu kesalahan hujan disebabkan ulah mereka sendiri.
saya, adalah seorang siswa. saya tahu kewajiban saya adalah belajar dan membayar iuran bulanan dan biaya sewa gedung yang belum jadi. diluar itu, tak ada orang yang memkirkan. tak ada orang yang memikirkan bagaimana seorang ibu di paud menunggui anak-anaknya hanya untuk menyanyi dan bergembira. bukan itu pula yang ingin saya sampaikan.
beberapa waktu lalu, ketika pikiran saya sedang dilanda kerusuhan, kemunafikan, kejahiliyahan, dan berpuluh-puluh ke-an yang tak ingin saya sebutkan lagi, dengan sangat saya sadari saya telah kehilangan kepercayaan. bahkan terhadap diri sendiri. sungguh tak ada setitikpun semangat dalam diri saya. saya mencoba berusaha. tapi usaha saya bukannya membuahkan hasil, malah membuat saya lelah dan berfikir bahwa saya semakin tidak berguna. beruntung sahabat saya menenangkan saya dengan kata-katanya. syukuri apa yang ada. bukan berarti mati jika kamu belum maksimal disini. dan saya sedikit tergerak. namun haya pada waktu itu. setelah tidur malam saya sudah tidak ingat bahwa hati saya pernah tergerak.
over emosional. saya suka mengatakan hal-hal yang samasekali tidak penting hanya untuk memuaskan hati saya sementara. sementara. teman-teman saya pun menanggapinya dengan tertawa. dan hal itu yang membuat saya sedikit terhibur. dan lupa bahwa saya adalah orang yang tidak berguna. namun kembali seperti yang lalu. setelah bangun pagi saya lupa bagaimana cara tertawa dengan lepas dan ikhlas. saya jadi pelupa.
begitulah dalam beberapa hari. saya selalu berpikiran buruk dengan apapun dan siapapun. saya selalu menenangkan diri saya dengan meremehkan dan membercandai segalanya yang saya hadapi. saya tak ingin terlihat begitu terpuruknya saya pada waktu itu. saya bukan seperti roda yang berputar seperti roda orang-orang pada umumnya. saya mogok. dan roda saya terkunci ketika saya berada di bawah. itu berarti saya sdang terinjak dan rasanya sulit sekali untuk mengangkat diri. untuk membuat diri saya berada di atas atau minimal di tengah.

...