Untuk yang ke dua puluh satu, aku merasa telah bahagia. Aku merasa
telah keluar dari segala yang pernah membelenggu. Aku bebas menentukan semuanya
sendiri, namun karena itu, karena aku terlalu bebas menentukan keinginanku
sendiri, aku hanya bisa memutuskan untuk tidak memilih apa-apa. Aku sering bertanya,
aku ini siapa, aku bisa berbuat apa. Tak ada yang berbeda dariku diantara
tahun-tahun sebelumya. Sudah terlambatkah aku jika sampai kepala dua lebih aku
masih mencari jati diri? Mau jadi apa? Mau menggeluti apa? Aku masih belum tahu
dan sama sekali tak ada yang ku sukai di dunia ini, seperti yang orang lain suka
lakukan, menjalani passion.
Padahal beberapa sahabat sudah mulai menjalani passion
mereka, ada yang mencintai fotografi, mendapatkan kamera dengan segala guna
lensa dari orang tuanya untuk menjalani passionnya. Ada pula yang telah menjadi
penulis dan menenerbitkan novel kecil-kecilan. Yah, meskipun kecil, tapi ini
awal dan segala yang besar diawali dari hal yang kecil. Dia sangat ku kagumi
dengan segala kepandaiannya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Lebih kagum
lagi aku padanya karena dia memulai jalan hidupnya sebagai penulis. Ada pula
kawanku yang mulai membentuk band dengan bayaran seadanya, bermain teater,
membuat pameran seni rupa, dan lain sebagainya. Semua masih kecil-kecilan. Tapi
sekali lagi, segala yang besar diawali dari hal yang kecil.
Sekarang aku bertanya, hal kecil apa yang sudah aku perbuat
untuk kemudian ingin aku jalani? Aku bahkan hampir tak ingin menjalani apapun
yang bisa dijadikan passion. Aku tak hobi dalam hal apapun. Aku tak mencintai
hal apapun. aku hanya mengagumi segala sesuatu yang dijalani orang lain. Aku tak
pandai membuat perubahan. Aku tak pandai bertele-tele dengan segala omong
kosong yang membuat orang bisa kagum padaku. Bahkan aku masih tak ingin dilihat
diantara kerumunan. Aku malas untuk menjalin hubungan dengan orang lain, aku
malas untuk menambah “kenalan yang tidak penting” dan aku saaaanggaat malas
untuk (lagi-lagi) mencari passion yang hanya aku yakini ada namun masih saja
aku pun tak tahu apa.
Terlebih jika aku
sedang sendiri. Ingin sekali aku merubah hidupku, tapi lagi-lagi pikiranku
terhalang dengan “mau dirubah jadi apa?” aku bahkan tak punya tujuan dan karena
itu maka aku tak pernah memulai segalanya. Bukankah sama saja berjalan tanpa
tujuan, hanya seperti kapal yang terombang-ambing dilautan tanpa ia tau
dermaga, dan akhirnya tenggelam dimakan zaman. Mungkin lama-lama aku juga akan
menua, menikah, menjadi nenek, dan akhirnya tenggelam dimakan zaman dan sampai
selamanya aku tak pernah tau apa yang ada dalam diriku, dan tak pernah ada yang
bisa dibanggakan dariku.
22.12.13
25.7.13
opo kui urip?
urip ki pait, nek legi jenenge pasar.
urip ki menggak-menggok, nek lurus jenenge biting.
urip ki munggah-medun, nek datar jenenge TV.
urip ki semrawut, nek mulus jenenge pupu.
makane urip pancen abot, nek enteng teneh kebur,
urip ki menggak-menggok, nek lurus jenenge biting.
urip ki munggah-medun, nek datar jenenge TV.
urip ki semrawut, nek mulus jenenge pupu.
makane urip pancen abot, nek enteng teneh kebur,
11.7.13
as always.
Dunia itu huge, maka dari itu aku ingin menjadi apapun dan
merasakan segala yang aku ingin, tanpa perlu ada yang berkomentar, mencibir,
ataupun melarang. Tanpa perlu ada yang ribet dan selalu mengurusi urusanku. Tanpa
perlu ada yang bertanya “Lagi dimana? Ngapain? Sama siapa?”, tanpa perlu ada
yang khawatir jika aku pergi sendiri malam hari. Tanpa perlu ada yang
mengucapkan selamat malam dan selamat tidur karena aku yang akan mengucapkannya
pada dunia. Aku ingin menikmati pagi,
aku ingin menunggu senja, tanpa perlu ada siapapun yang mengikutiku kapanpun
kemanapun. Aku ingin sendiri, bebas. Karena dunia itu huge, dan aku ingin
merasakan segalanya.
Dunia itu huge, dengan segala penghuninya. Aku ingin
mengenal siapapun, bercanda akrab dengan siapapun. Tanpa perlu ada yang merasa
cemburu jika aku pergi berdua dengan lelaki, tanpa perlu ada rasa bersalah,
tanpa perlu cari alasan untuk membohongi. Semua orang itu sama, apapun jenis
kelaminnya, berapapun usianya, bagaimana latar belakangnya, semua sama bagiku,
yang unik dari mereka adalah cara mereka berbagi cerita, dan yang menarik
adalah cerita dari pengalaman mereka yang bermacam-macam. Karena dunia itu
huge, dengan segala penghuninya.
Bila ada yang pernah membaca profil seseorang dan diakunya
dia bukanlah siapa-siapa, padahal bagiku dia adalah sosok yang mengagumkan, dia
adalah seorang seniman rupa, music dan syair. Dan seketika itu aku merasa bahwa
aku ini bukanlah apa-apa. Bukan sesuatu, bukan seseorang, dan aku tak tahu
mengapa aku masih bisa hidup tanpa karya. Mengapa aku masih bisa hidup tanpa
dikenal orang. Aku ingin berkarya, namun untuk mencoreng acrylic dalam kanvas
pun aku tak bisa menjadikannya hasil yang pantas. Aku hanya bisa menikmati
karya orang lain dan sangat mengaguminya karena sedikitpun aku tak bisa
menyamainya. Aku menikmati sebuah pameran bukan karena aku hanya ingin dianggap
gaul ketika aku sudah berfoto di depan sebuah karya dan menguploadnya ke
instagram. Aku menghadiri acara musik bukan karena ada guest star penyanyi
terkenal dan bangga dengan tiket yang mahal padahal tidak terlalu mengagumi
sosoknya ataupun mengetahui lagunya. Aku lebih memilih datang ke acara
band-band indie yang sangat bertebaran di kota- kota kecil. Dan segala hal yang
aku lalukan bukan sekedar ingin dianggap gaul, keren, sangar atau sejenisnya. Lebih
dari itu aku menikmati suasananya. Karena sekali lagi, dunia itu Huge, dan aku
ingin menikmatinya.
Karena setiap langkah yang kau ambil, tak selalu kau bisa
berbalik ke belakang.
Langganan:
Postingan (Atom)